Flight 93 Todesflug Am 11 September
SHANKSVILLE, KOMPAS.com - United Airlines Flight 93 adalah salah satu dari empat pesawat yang dibajak saat serangan 11 September 2001, tetapi gagal mencapai target karena dilawan penumpang.
Flying 93 membawa 40 penumpang dan awak pesawat, dalam rute not-stop dari Newark ke San Francisco.
Penumpangnya berusia xx-79 tahun dari New Jersey, California, Connecticut, Colorado, Jerman, Jepang, Minnesota, Maryland, Florida, Hawaii, Pennsylvania, North Carolina, dan New York.
Baca juga: Kisah di Balik "The Falling Homo", Foto Tragis dari Serangan 9/eleven
Di antara mereka ada ahli biologi satwa liar federal, mantan penjaga buku, eksekutif perusahaan mainan, arborist, pensiunan bartender, pengacara, mahasiswa, dan pekerja bangunan yang membantu membangun Globe Trade Center.
The New Yorker melaporkan, Flying 93 diduga dibajak untuk mengarah ke Washington DC guna menabrak Gedung Putih atau Gedung Capitol, tetapi gagal terlaksana berkat perlawanan sengit penumpang.
Kronologi perlawanan penumpang saat tragedi 11 September
Sekitar pukul 09.30 atau 45 menit setelah lepas landas, pengendali lalu lintas udara (ATC) menerima dua transmisi radio berbunyi "Mayday!" dengan nada panik, suara perlawanan keras, diikuti oleh kata-kata "Keluar dari sini!"
Salah satu dari empat pembajak, terdengar mengumumkan ada bom di Flight 93.
Pembajak juga menggunakan autopilot untuk mengarahkan pesawat ke Washington DC. Transpondernya dinonaktifkan sehingga sulit dilacak.
Namun, perekam suara di kokpit pesawat menangkap suara seorang wanita yang berjuang melawan pembajak. Dia kemudian terdiam.
Awak pesawat Flight 93 dan penumpang yang digiring ke bagian belakang, menggunakan telepon di dalam pesawat dan ponsel pribadi mereka untuk menelepon orang-orang di darat.
Peta serangan eleven September 2001
Mengetahui bahwa pembajak lain baru saja menabrakkan pesawat ke dua menara World Trade Center, mereka mengadakan pemungutan suara tentang apa yang harus dilakukan.
Para penumpang dan awak kabin akhirnya memilih menyerang pembajak yang menggunakan pisau untuk merebut kembali pesawat.
Baca juga: 5 Teori Konspirasi 9/11 yang Masih Langgeng hingga Sekarang
Mereka menyerbu kabin kelas satu. Salah satu perekam data pesawat menangkap suara benturan keras, teriakan, dan gelas serta piring yang pecah.
Pembajak juga disebut berusaha mengganggu keseimbangan para penumpang dengan mengayunkan pesawat ke kiri dan kanan.
Seorang pembajak terekam bertanya, "Haruskah kita menghabisinya?" Pembajak lain bilang untuk menunggu.
Seorang penumpang lalu berteriak, "Di kokpit. Jika tidak, kita akan mati!"
Pembajak langsung bertanya lagi, "Haruskah kita menjatuhkannya?" Kali ini, jawabannya adalah ya.
Komisi 9/xi menyimpulkan bahwa para pembajak menilai bahwa penumpang hanya beberapa detik lagi untuk mengalahkan mereka.
Flight 93 kemudian terbang rendah melintasi daerah pastoral Somerset Canton, Pennsylvania, melintasi desa Lambertville.
Foto Gedung WTC yang terbakar setelah ditabrak pesawat United Airlines Flight 175 yang dibajak dalam rute dari Boston, saat serangan eleven September 2001 terjadi di New York Metropolis, Amerika Serikat.
Pesawat terbalik, lalu jatuh dengan kecepatan hampir 965 km per jam di dekat Shanksville. Orang-orang berkilometer jauhnya merasakan tanah berguncang.
Baca juga: Serangan eleven September, Cerita Imam Indonesia di New York Dipeluk Tetangga Katolik dan Dikirim Bunga oleh Pendeta
Gagalnya serangan di target ketiga tragedi 9/xi
Letnan Heather (Lucky) Penney, pilot F-sixteen yang diperintahkan mengudara hari itu, mengatakan kepada Garrett Graff, penulis "The Simply Plane in the Sky: An Oral History of 9/11", bahwa dia dan rekannya, Marc Sasseville dari Garda Nasional, diharapkan dapat mencegat Flight 93 dan menjatuhkannya.
Pesawat keempat yang dibajak sementara itu telah menghantam Pentagon, sedangkan Flight 93 jatuh sekitar dua puluh menit jauhnya dari Washington.
Penney berkata, "Pahlawan sejati adalah penumpang di Flight 93 yang rela mengorbankan diri."
Sasseville berujar, "Mereka membuat keputusan yang tidak harus dibuat."
Seorang mantan istri penumpang ingat suaminya berkata melalui telepon, "Kami menunggu sampai berada di daerah pedesaan."
Penulis laporan Komisi 9/xi lantas mengapresiasi ketidakegoisan penumpang.
"Tindakan mereka menyelamatkan nyawa banyak orang, dan mungkin telah menyelamatkan Capitol atau Gedung Putih dari kehancuran."
Laporan tersebut juga menyimpulkan, "Pertahanan wilayah udara Equally pada 9/eleven turut diimprovisasi oleh warga sipil."
Tugu peringatan jatuhnya United Airlines Flight 93, satu dari empat pesawat yang dibajak dalam serangan eleven September 2001, di Shanksville, Pennsylvania, saat difoto pada 10 September 2021.
United Airlines Flight 93 jatuh di lokasi tambang tua yang tandus, tempat beberapa pekerja mengekstraksi batu bara bitumen. Di sekelilingnya ada keindahan Somerset County yang dikenal sebagai "Taman Langit Pennsylvania" karena perbukitannya yang hijau dan berbukit.
Baca juga: Sosok Khalid Sheikh Mohammed, Perancang Serangan 11 September 2001 yang Belum Dihukum
Penduduk setempat tiba lebih dulu di lokasi kecelakaan, berharap ada orang yang selamat. Namun sebaliknya, mereka justru merasa ngeri melihat bangkai pesawat yang terbakar hebat.
Dampak ledakan pesawat, ditambah dengan tujuh ribu galon bahan bakar jet, menghanguskan hampir semuanya.
Orang-orang yang ada di pesawat tidak hanya tewas, tapi juga menghilang.
Tantangan logistik untuk menyelidiki kecelakaan Flight 93 secara cloth berbeda dari yang di New York dan Washington DC.
Di Shanksville, tidak ada bangunan yang runtuh atau puing-puing. Di daerah pedesaan, akses dan peralatannya lebih sulit didapatkan dibandingkan kota-kota, apalagi saat itu semua penerbangan sudah dihentikan.
Bekerja sama dengan penduduk setempat, para penyelidik kemudian memakai alat seadanya untuk menyisir TKP guna mencari barang-barang yang bisa diselidiki atau identifikasi korban.
Tugu peringatan untuk mengenang Flying 93 dalam serangan eleven September 2001 kemudian didirikan, yang dirancang oleh arsitek Paul Murdoch dari Los Angeles bersama arsitek lansekap Nelson Byrd Woltz.
Baca juga: Serangan 11 September 2001, Ini Kata-kata Terakhir Pramugari Sebelum Pesawat Tabrak WTC
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Source: https://www.kompas.com/global/read/2021/09/13/143206370/kisah-menegangkan-gagalnya-flight-93-tabrak-gedung-putih-saat-9-11-berkat?page=all
Posted by: morrisonwastoponcen.blogspot.com
0 Response to "Flight 93 Todesflug Am 11 September"
Post a Comment